Pendidikan di Indonesia saat ini, menjadi terbelakang,
terpuruk, dan terpinggirkan. Kita tidak tahu persis apa yang menjadi ujung pangkal
dari permasalahan tersebut.
Ada beberapa
hal yang sekiranya menjadi kekeliruan dan kesalahan di dunia pendidikan kita,
yaitu:
1. Terlalu
fokus pada sistem hafalan.
2. Lupa atau
kurang sekali ketrampilan tangan
3. Tidak ada
pelajaran sistematika berfikir
4. Pelajar
tidak dididik meneliti alam.
5. Kurang
penempaan fisikalist
6. Sistem
pendidikan penuh test tertulis
7. Kurang
sekolah kejuruan tekhnik
1. TERLALU
FOKUS PADA SISTEM HAFALAN.
Saya yakin inilah yng menjadikan sumberdaya manusia yang di hasilkan dari dunia
pendidikan kita menjadi mandeg dan tidak berkembang yaitu pelajar hanya
didorong untuk mengingat, menyimpan dalam memori dan menghafal berbagai kata
dan kalimat standart dgn tujuan mendapat hasil baik ketika ujian, baik ujian
dikelas maupun ujian nasional. Padahal apa yang tertulis dalam segala materi
pelajaran belum tentu tepat dan mungkin perlu redesign atau peninjauan ulang
melalui pembahasan materi lebih teliti, juga sebagian besar adalah merupakan
klasifikasi, materi dan bahan-bahan menurut paradigma berfikir barat yang
Sekuler.
2. LUPA ATAU
KURANG SEKALI PENEMPAAN KETRAMPILAN DAN KEAHLIAN KEDUA TANGAN.
Kekeliruan
fatal dunia Pendidikan adalah tidak menghargai pekerjaan dan ketrampilan
tangan, termasuk pelatihan kerja.
Anak didik
hanya diberi materi buku dan tulisan yang didikte maupun materi-materi
tertulis, termasuk juga diagram, grafik dan drawing menggambar yang hanya
berdasarkan kertas, pena dan tulisan berikut coretan-coretan gambar, tetapi
jika diminta untuk menerapkan segala pengetahuan itu dikehidupan sehari-hari
malahan tidak mampu.. sebabnya kenapa? Karena pelajar tidak didorong untuk
berkarya nyata dengan kedua tangan sepuluh jarinya untuk menghasilkan apa saja
yang sesuai dengan bahan ajar dan materi yang ditawarkan, artinya kurang sekali
ketrampilan hidup yang bisa diimplementasikan selama dia sekolah maupun selepas
dia bersekolah. Materi lifeskill amat kurang dibanding materi hafalan dan
tulisan sehingga yang dihasilkan hanyalah lulusan pelajaran teks dan
nilai-nilai tertulis bukan nilai-nilai terimplementasikan dalam sebuah
aktivitas.
Saya
sarankan: segera robah kurikulum hafalan jadi kurikulum menghasilkan karya
nyata dengan kedua tangan atau bangsa ini akan makin tidak produktif dan makin
tidak berkeahlian!
3. TIDAK ADA
PELAJARAN SISTEMATIKA BERFIKIR.
Ini salah
satu sebab utama kurangnya para pemikir kita bisa menghasilkan ide,
gagasan,pendapat sendiri dan persfektif yg lebih baik kecuali apa yang sudah
tertulis dalam materi-materi sekolah maupun kuliah. Hasilnya adalah
manusia-manusia yang tidak punya keberanian untuk keluar dari pedoman-pedoman
ilmu yang terdapat dalam materi textbook.. Sementara kalangan ilmuwan,
scientolog dan filosof barat hampir selalu menghasilkan karya ilmiah yang
ditawarkan kedunia International lewat jurnal-jurnal Ilmiah dan forum
International.
Sebabnya
kenapa? Kita bangsa ini tidak diajarkan berbagai sistem berfikir yang ada yaitu
logika, rasionalisme, empirisme, pragmatisme, realisme, idealisme, kausalitas
sebab akibat, sintesisme, postrealisme, epistemologi, etimologi dst.
Padahal
segala sistem berfikir adalah tonggak bagi segala bangunan keilmuwan dunia,
baik itu fisika, kimia, biologi, sosiologi, matematika, geografi, Antropologi
termasuk juga Pancasila dan Agama. Segala sistematika berfikir yang terdapat
dalam Filsafat dunia adalah metode untuk menghasilkan pengetahuan, adalah metode
untuk meneliti, adalah metode untuk berfikir, adalah metode untuk menghasilkan
pemikiran ilmiah, adalah metode untuk mendesain ulang kembali peradaban
sekarang yang cenderung kearah materialisme hedonisme Liberal dan adalah metode
untuk mencipta, mengkreasikan dan menemukan keilmuan baru. Kenapa filsafat atau
katakanlah metode sistematika berfikir tidak diajarkan khusus selaku kurikulum?
Saran saya:
segera rombak kurikulum sekolah dan masukkan pelajaran logika dan sistem
berfikir objektif dan rasional.
Apakah cukup
dengan pelajaran Matematika dgn Logika benar salah matematis lalu akan bisa
berfikir sistematis, rumit dan tepat? Apakah cukup dengan pelajaran Pancasila
dan sistem filsafatnya kita bisa paham sistematika berfikir?
Apakah cukup
dengan segala materi ilmu pengetahuan yang dipahami lalu semua pelajar bisa
berfikir sendiri? Apakah cukup hanya dengan duduk, datang, dengarkan ceramah
guru ataupun dosen bisa dicetak generasi pemikir dan pencipta?
Apakah bisa
dengan segala bacaan, perpustakaan, materi tulisan lalu muncul generasi ilmiah
kreatif? Jawaban saya adalah: TIDAK. Tidak akan bisa dan tidak akan pernah
bisa. Sebab sendi dasar berfikir dan mencipta tidak dikuasai oleh generasi kita
yaitu FILSAFAT BERPIKIR.
Sebelum
pelajar kita tidak diajarkan sistematika berfikir dengan segala metodenya, maka
Bangsa ini tidak akan mampu bersaing dalam hal Ekonomi, Politik, militer dan
Budaya dan penelitian ilmiah dibanding bangsa bangsa lainnya terutama barat dan
Asia Timur.
Wajib bagi
pelajar kita untuk belajar logika sistematika berfikir atau bangsa ini makin
tidak bisa menghasilkan pemikir-pemikir dan penemu handal!
4. PELAJAR
TIDAK TERLATIH MENGAMATI ALAM.
Salah satu
kekeliruan terbesar dunia pendidikan kita adalah alam semesta telah teredusir
dan terpangkas jadi pelajaran-pelajaran buku teks ilmu alam, bukan pelajaran
ttg bagaimana mengamati, mengklasifikasi, meneliti dan mengobservasi alam
secara langsung dengan 5 pancaindranya.. Membenamkan teks dan kalimat bukan
meneliti apalagi mengobservasi, tidak lebih hanyalah sebuah permainan kata-kata
yang tidak bermakna dan penuh dengan kegiatan pembenaman kalimat-kalimat
kedalam benak anak didik. Maka yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang
SEMACAM INI hanyalah sekedar meringkas, mencontek, mengeja, mengekor dan
menjiplak hasil karya ilmiah yg dihasilkan oleh peneliti dan pengeksplorasi
asing tanpa kita bisa menghasilkan individu-individu andal dibidang ilmu alam.
Saran saya:
ajak anak didik keluar kelas dan langsung mengamati dan mempelajari sekitar
luar sekolah sesuai dgn subjek pelajaran atau bangsa ini akan makin tidak bisa
meneliti dan mencipta!
5. KURANG
PENEMPAAN FISIKALIST
Ini juga
termasuk satu kekeliruan fatal dari dunia pendidikan kita dimana anak didik
tidak diberi program pelatihan, penempaan dan pembinaan fisik.
Dan malahan
sistem yg ditegakkan adalah sistem duduk selama 8-10 jam sehari dgn mata anak
didik diarahkan kepapan tulis.. Dan kegiatan tulis, menulis serta
hitungan-hitungan digiatkan dgn harapan akan muncul manusia-manusia bergiat dan
pekerja keras. Mana bisa diciptakan generasi pekerja keras dan gesit jika hanya
didudukkan dan dilem pantatnya dikursi sekolah, mana bisa diharapkan akan lahir
pekerja-pekerja trampil jika hanya dilatih duduk dibelakang meja selama 8-10
jam dalam ruangan kelas. Mana bisa dihasilkan pelajar-pelajar rajin bersemangat
jika diminta hanya duduk, dengar ceramah guru, catat dan dikte, hitung angka
dan pulang. Mana bisa dihasilkan pekerja-pekerja tangguh siap eksport
ketrampilan tinggi jika yg dihasilkan adalah generasi bermental meja, Berjiwa
kursi dan berpola duduk.
Mana bisa
mencetak worldsports champions, jika fisiknya, tulang belulangnya, ototnya dan
jiwanya hanya dilatih duduk, duduk dan duduk dibelakang meja selama 8-10 jam
sehari sambil mendengarkan ceramah gurunya yang membosankan. Makanya lulusan
kita bermental kantoran dan birokrat dan bersedia membayar mahal atau sogok
hanya untuk mendapatkan sebuah kursi kerja kantoran dengan harapan mendapat
gaji bulanan dan uang pensiun. kenapa?
Karena hanya
disuruh duduk, duduk dan duduk sambil mencatat dan menulis.
hasilnya
adalah pengangguran ketika mereka tidak memperoleh meja kerja kantoran.
Segera robah
pelajaran hafalan dan duduk jadi pelajaran aktivitas dengan fisik yang bergerak
atau bangsa ini akan makin penuh kemalasan
6. SISTEM
PENDIDIKAN PENUH TEST TERTULIS.
Kesalahan
terbesar sekali dari sistem pendidikan di Indonesia adalah ujian pelajaran
ditetapkan dengan test tertulis bukan test lapangan apalagi test fisikalist.
Pelajar disibukkan dgn ulangan tertulis, otaknya penuh dengan kata, kalimat,
angka dan peristiwa juga fakta-fakta yang mesti dibenamkan separuh mati siang
dan malam menghafal kalimat-kalimat mati kedalam benaknya yang milyaran
neuron-neuron. Padahal dia mesti menghadapi peristiwa dan kondisi yang berbeda
dalam hidupnya.
Maka pelajar
kita hanya disiapkan untuk menjadi manusia ensiklopedia bukan manusia yang siap
hidup dan berkarya nyata. Apakah teks-teks yang terdapat dalam buku pelajaran
bisa menghidupi dirinya? TIDAK. Dia hidup dengan kedua tangannya dan kedua
kakinya, bukan fakta-fakta dalam otaknya.
Sayang
sekali kalau milyaran neuron otak dimanfaatkan hanya untuk menyimpan
huruf-huruf mati.. Kenapa mesti lulus dgn nilai-nilai hasil ujian tertulis
bukan ujian praktek maupun ujian pengamatan observasi ataupun ujian
keolahragaan fisik.
Saran saya:
segera robah standart kelulusan anak didik kita atau yang dihasilkan hanya
lulusan pelajar bertungkai kaki lemah, berbahu loyo, bermata sayu, bergerak
lamban, bermental mejakursi dan mersemangat korupsi sibuk hitung uang dibalik
meja.
7. SEKOLAH
KEJURUAN AMAT SANGAT KURANG.
Kesalahan
fatal berikutnya adalah terlalu banyaknya sekolah umum mata pelajaran tulis
baca,hitung, hafal dan test tertulis dan kurang amat sangat sekolah
ketrampilan, keahlian khusus, kerajinan rakyat dan keterlatihan aktivitas fisik
mentality. Padahal ini negara amat sangat kurang manusia-manusia berketrampilan
tekhnik dan specifict, malahan yang lebih dibudidayakan adalah manusia-manusia
kalimat yg sibuk merangkai rangkai huruf. Salah satu sebab keadaan negara saat
ini yg limbung adalah manusianya yg tidak bisa menciptakan pekerjaan bagi diri
sendiri, tidak tahu apa yg akan dilakukan dgn ijazah tulisbacanya. Alhasil
negara perlu uluran tangan tekhnisi asing, perlu intervensi LSM asing dan
bergantung pada kemurahhatian inversor asing dlm membenahi ekonomi sosial
Negara. Gimana bisa menerapkan ekonomi kerakyatan berbasis bangsa sendiri kalau
sistem pendidikan hanya mencetak lulusan tulisbaca?. Gimana bisa membangun
ekonomi politik mandiri jika sekolah kita menghasilkan lulusan gerilyawan
pemburu mejakursi kantoran bukannya lulusan pencipta kerja?. Bagaimana bisa
keluar dari krisis kalau bangsa ini hanya ditempa duduk, dengar, tulis,hafal
dan test tulisan?. Padahal ini negara lebih butuh action dan acting yg penuh
aktivitas kreatif inovatif dalam gerak dan aktivitas berkarya menghasilkan
produk-produk bersaing dan penemuan-penemuan ilmiah demi bisa eksisnya bangsa
ini dari tantangan kapitalisme neoliberal yang siap mencengkram ekonomipolitik
negara.. Padahal negara butuh devisa yang dihasilkan dari eksport produk-produk
unggulan tangan-tangan kreatif bangsa demi bisa membayar hutang yg 1300trilyun.
Padahal negara perlu keluar dari jeratan spekulan dan monopolist asing demi
meningkatkan nilai tukar rupiah yang terpuruk akibat tidak adanya kecukupan
devisa hasil eksport.. Padahal sumberdaya alam andalan makin tipis, minyak
makin terkuras, hutang makin rata, binatang punah, emas timah tembaga menipis.
Dan negara butuh lampu aladin plus kemurah-hatian investor asing untuk bersedia
bawa devisa dan menanam modal dinegeri 1001 problema ini.
Jadi segala
kekeliruan dan kesalahan sistem pendidikan kita itulah salah satu penyebab dari
keterpurukan bangsa ini. Kita tidak menyiapkan lulusan untuk menciptakan ruang
kerja malahan menduplikatkan jutaan tukang-tukang hafal kalimat mati tanpa
imajinasi dan kaliamat-kalimat yang dibenamkan kedalam neuron hipokampus
hipotalamus telah berubah jadi mantera rapalan-rapalan penting supaya bisa
sakti ketika masuk ruang ujian kelas, semester maupun ujian nasional.
Kelulusan
dinilai dari seberapa mampunya kita mengeluarkan isi otak bukannya seberapa
mampunya kita beraktivitas menghasilkan prakarya kerajinan dan kemahiran
ketrampilan.
Jadi kalau
masih bersandarkan pada sistem tulisbaca dan Departemen Pendidikan tidak juga
sadar akan kekeliruan kebijakan,
Artinya
Departemen ini telah berhasil mencetak manusia duduk dan rapal mantera-mantera
kalimat pelajaran, dimana kita telah dilatih duduk 8-10 jam sehari dalam ruang
kelas dan ditempa berkonsentrasi pada layar papan tulis yang lalu berevolusi
jadi terduduk didepan TV secara berjamaah sepulang sekolah dan terduduk
dipersimpangan dipinggir jalan, terduduk disegala pusat gerombolan dan terduduk
menerima kekalahan dan kekalahan, termasuk terduduk lesu dalam menghadapi
krisis berlanjut.. Sementara sistem rapal mantera kalimat-kalimat sakti
pelajaran digiatkan dengan test tertulis dan standart nilai minimum dengan
istilah canggih yaitu: COMPETENCY BASED CURRICULUM.
Kekeliruan
sistem pendidikan kita telah mengakibatkan kematian kreatifitas, kelumpuhan
inovasi,Kelambanan, kemalasan,ketidakmampuan berfikir,penjiplakan
plagiat,pembajakan hak cipta dan keterdudukan dari malapetaka.
Segera robah
haluan sistem pendidikan keliru atau bangsa ini akan makin meratapi nasibnya.
SangRevolusioner
Pendidikan alam terkembang jadikan guru (pepatah melayu Minang), Ibrahim AS,
Plato, Aristoteles,Ibnu Sina, Ibn Rusyid, Al Kindi, Descartes, John Locke,
Galileo, Leonardo Da Vinci, Isac newton, Louis Pasteur, Mendel, Wright
bersaudara, Alfa Edison, Colombus, Ibn Batuttah, Magelhens, Alexander the Great
dst adalah manusia-manusia yang belajar dari alam lingkungan, belajar dari alam
kemasyarakatan, belajar dari alam imajinasi bukan dari pelajaran teks-teks
terkembang, dan mereka membentuk baru tulisan, merobah, memperbarui dan
menciptakan tulisan ilmiah dan merevolusi ilmu pengetahuan.
Referensi
http://www.cyberforums.us/showthread.php?p=89765
http://www.itpin.com/blog/category/mind-thinking/learning/education/
0 komentar:
Posting Komentar