Pengertian
Secara etimologis, kata “tema” berasal dari
bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti ”sesuatu yang telah diuraikan. Ini
berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Tema
berarti pokok pemikiran. Pokok pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh
penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai
mengarang sangatlah penting untuk menjamin penyampaian ide secara teratur dan
jelas sehingga isi karangan akan dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah.
Tema hendaknya harus diungkapkan secara
eksplisit agar dapat membantu memudahkan penulis dalam menulis sebuah kerangka
karangan (outline). Berdasarkan uraian di atas, contoh berikut akan memperjelas
kedudukan tema dalam suatu kerangkan karangan. Sekaligus membedakan antara
topik, judul dan tema.
Topik :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas
Judul :
(dapat disesuaikan dengan selera penulis)
1. Macet lagi, Macet lagi... Pusing!
2. Lalu-lintas Macet, Penyakit Modernisasi
3. Kemacetan Lalu-lintas dapat Memicu Stress.
Tema :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah semata-mata tanggung jawab
aparat kepolisian, melaikan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga
masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu-lintas tidak mungkin dapat
dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling
diperlukan adalah adanya kesadaran berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan,
dan bertanggung jawab, sebab keteraturan berlalu lintas adalah cermin
kepribadian bangsa.
Seperti dalam topik, tema juga perlu pembatasan dalam penulisannya agar penulis
tidak melantur atau melenceng dari pokok bahasan yang utama. Dengan begitu
penulis akan lebih mudah membuat suatu karangan yang efektif
Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur
tentang pembagian dan penyusun gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah
mengatur hubungan di antara gagasan-gagasan yang ada. Kerangka mengandung
rencana kerja bagaimana menyusun karangan. Kerangka akan membantu penulis
menggarap karangan menjadi logis dan teratur serta memungkinkan penulis
membedakan ide-ide utama dari ide-ide tambahan.
Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus menerus untuk mencapai suatu
bentuk yang lebih sempurna. Kernagka karangan karangan dapat berbentuk cacatan
sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka yang belum final disebut
outline sementara kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkapdisebut outline
final.
Kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai
berikut.
a. Mempermudah pengarang menuliskan karangannya.
b. Mencegah pengarang menuliskan karanganya.
c. Memberi fokus atau arah sehingga pengarang tidak ke luar dari sasaran yang
telah ditetapkan.
d. Membantu pengarang mengatur atau
menetapkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya, juga menata detail
karangan.
e. Sebagai miniatur dari keseleruhuhan karangan, melalui kerangka karangan,
pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu karangan.
1. Macam dan Bentuk Karangan
Kerangka Karangan ada 2 macam yaitu, Kerangka
topik dan kerangka kalimat. Dalam pratik pemakaian, kerangka yang banyak
dipakai adalah kerangka topik.
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, koma, atau klausa, yang didahului
dengan tanda-tanda atau kode tertentu untuk menyatakan hubungan antargagasan.
Tanda baca akhir (.) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat tidak
lengkap. Kerangka kalimat lebih bersifat resmi berupa kalimat lengkap.
Pemakaian lengkap menunjukan diperlukannya pemikiran yang lebih luas daripada
yang dituntut didalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai pada akhir
setiap kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul dan sub bab. Kerangka
kalimat banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Bila outline sudah
selesai. Kerangka kalimat itu dapat dipadatkan menjadi kerangka topik, demi
kepraktisan. Pemakaian kalimat dapat saja untuk menulis judul bab. Jadi,
kerangka bisa saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik.
Meskipun pemakaian kerangka topik lebih dominan, tidaklah dipantangkan
mencampur dengan kerangka kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab.
Kerangka dapat dibentuk dalam sistem tanda untuk kode tertentu. Hubungan di
antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian
kode yang berupa huruf dan angka. Bagian utama biasanya didahului angka
tertentu (misalnya angka romawi), sedangkan bagian bawahnya (subbagian)
menggunakan tanda yang lain. Ada juga kerangka yang hanya menggunakan angka
Arab saja, jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya untuk makalah atau
artikel sederhana. Kode-kode itu akan lebih kompleks di dalam karangan yang
benar benar seperti skripsi, tesis, disertasi, dan buku. Perhatikan pemakaian
kode kerangka berikut.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa,
agar karangan terstruktur rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan. Kaidah
pembagian yang perlu diingat adalah segala sesuatu yang terdapat di bawah
sesuatu tanda harus berhubungan langsung dan takluk kepada yang membawahkannya.
Tanda-tanda yang dipakai (huruf atau angka) harus ada pasangannya, minimal
satu.
2. Pola penyusunan Kerangka Karangan
Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai
untuk menyusun kerangka karangan, yaitu pola alamiah dan pola logis. Pola
pertama disebut alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah
yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola yang kedua dinamakan pola
logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir
manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
a. Pola Alamiah
Seperti yang telah diuraikan di atas, penyusunan kerangka karangan yang berpola
alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena
itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua, yaitu
urutan ruang dan urutan waktu.
1) Urutan ruang
Yang dimaksud dengan urutan adalah pola uraian yang menjabarkan keadaan suatu
ruang seperti dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya. Urutan
ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor,
gedung, lokasi atau wilayah tertentu. Berikut ini contoh bagian kerangka
karangan yang memakai urutan ruang.
Topik : Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
I. Banjir di Pulau Jawa
A. Banjir di Jawa Tengah
1. Daerah Semaranga
2. Daerah Pekalongan
B. Banjir di Jawa Barat
1. Daerah Ciamis
2. Daerah Garut
C. Banjir di .......
2) Urutan waktu
Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/kejadian,
baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangakaian peristiwa. Kerangka
tentang sejarah pastilah memakai urutan waktu. Agar tidak membosankan, urutan
waktu seperti di atas dapat divariasikan dengan susuna terbalik misalnya dari
akhir ke awal. Perhatikan contoh kerangka karangan yang memakai urutan waktu
dibawah ini.
Topik : Riwayat Hidup Soekarno
1. Jati diri Soekarno
2. Pendidikan Soekarno
3. Karier Soekarno
4. Akhir Hidup Soekarno
Berdasarkan kerangka di atas dapat dibuat karangan singkat yang terdiri atas
satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; dapat diperluas lagi menjadi
empat bab; bahkan dapat dibauat menjadi satu buku. Begitualah pentingnya
membbuat kerangka karangan sebelum mengarang.
b. Pola Logis
Di atas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara
berpikir manusia. Cara dalam berpikir bermacam-macam yaitu bergantung pada
sudut pandangnya. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks – antiklimaks,
sebab – akibat, pemecahan masalah, dan umum – khusus.
Contoh 1 (Urutan Klimaks)
Topik : Kejatuhan Soeharto
i. Praktik KKN Merajalela
ii. Keresahan di dalam Masyarakat
iii. Kerusuhan Sosial di Mana-mana
iv. Tuntutan Reformasi Menggema
v. Kejatuhan yang Tragis
Contoh 2 ( Urutan Sebab – Akibat)
Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1. Kebakaran di Tanah tinggi
2. Penyebab Kebakaran
3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana Rehabilitasi Fisik
Contoh 3 (Urutan Pemecahan Masalah)
Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ectasy
2.1 Pengaruh Ecstasy Terhadap Syaraf Pemakainya
2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap masyarakat
2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy
4. Kesimpulan dan Saran
Reverensi :
Rahardi, Kunjara.2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga
Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
http://fikri-allstar.blogspot.com/2010/11/syarat-judul-yang-baik.html
0 komentar:
Posting Komentar