Orang tua entah itu Bapak, ibu, Ayah,
Bunda, dll. Apapun sebutannya tetaplah kedua nya orang yang paling mulia dan
dimanapun berada mereka selalu ingin melihat anaknya bahagia. Namun terkadang
kita sebagai seorang anak tidak menyadari sebuah pengorbanan darinya. Dan
bahkan terkadang kita suka menentang perkataannya karna tak sesuai dengan hati
dan kemauan kita. Mari bersama sejenak kita renungkan:
- Orang tua selalu membanggakan
Anda. Apakah Anda selalu membanggakan mereka?
- Orangtua selalu mendoakan
Anda. Apakah Anda selalu mendoakan mereka?
- Orangtua selalu berkorban
untuk Anda. Apakah Anda selalu berkorban untuk mereka?
- Orangtua berusaha
membahagiakan Anda. Apakah Anda berusaha membahagiakan mereka?
Saya pun menyadari akan hal ini bahwa
memang seperti ini nyatanya namun Saya ingin bertekad untuk bisa se-ge-ra dan
secepatnya MEMBAHAGIAKAN kedua ORANG TUA. Mumpung mereka masih sehat,masih
sanggup berdiri,masih sanggup melakukan sesuatu.
Ada hal lain yang ingin saya
sampaikan pula semoga Saya dan Anda semakin terbuka pandangannya.
Sekarang mari kita bayangkan ini:
Saat kita berusia 1 Tahun
Orang tua memandikan dan merawat
kita. Sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.
Saat kita berusia 2 Tahun
Orang tua mengajari kita berjalan.
Sebagai balasannya, kita malah kabur ketika orang tua memanggil kita.
Saat kita berusia 3 Tahun
Orang tua memasakkan makanan kesukaan
kita. Sebagai balasan, kita malah menumpahkannya.
Saat kita berusia 4 Tahun
Orang tua memberi kita pensil
berwarna. Sebagai balasan, kita malah mencoret-coret dinding dengan pensil
tersebut.
Saat kita berusia 5 Tahun
Orang tua membelikan kita baju yang
bagus-bagus. Sebagai balasan, kita malah mengotorinya dengan bermain-main di
lumpur.
Saat kita berusia 10 Tahun
Orang tua membayar mahal-mahal uang
sekolah dan uang les kita. Sebagai balasan, kita malah malas-malasan bahkan
bolos.
Saat kita berusia 11 Tahun
Orang tua mengantarkan kemana-mana.
Sebagai balasan, kita malah tidak mengucapkan salam ketika keluar rumah.
Saat kita berusia 12 Tahun
Orang tua mengizinkan kita menonton
di bioskop dan acara lain di luar rumah bersama teman-teman kita. Sebagai
balasannya, kita malah meminta orang tua duduk di barisan lain, terpisah dari
kita dan teman-teman kita.
Saat kita berusia 13 Tahun
Orang tua membayar biaya kemah, biaya
pramuka, dan biaya liburan kita. Sebagai balasan, kita malah tidak memberinya
kabar ketika kita berada diluar rumah.
Saat kita berusia 14 Tahun
Orang tua pulang kerja dan ingin
memeluk kita. Sebagai balasan, kita malah menolak dan mengeluh, “Papa, Mama,
aku sudah besar!”
Saat kita berusia 17 Tahun
Orang tua sedang menunggu telepon
penting, sementara kita malah asyik menelpon teman-teman kita yang sama sekali
tidak penting.
Saat kita berusia 18 Tahun
Orang tua menangis terharu ketika
kita lulus SMA. Sebagai balasan, kita malah berpesta semalaman dan baru
pulang keesokan harinya.
Saat kita berusia 19 Tahun
Orang tua membayar biaya kuliah kita
dan mengantar kita ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasan, kita
malah meminta mereka berhenti jauh-jauh dari gerbang kampus dan menghardik,
”Papa, Mama, aku malu! Aku’kan sudah gede!”
Saat kita berusia 22 Tahun
Orang tua memeluk kita dengan haru
ketika kita di wisuda. Sebagai balasan kita malah bertanya kepadanya,
”Papa, Mama, mana hadiahnya? Katanya mau membelikan aku ini dan itu?”
Saat kita berusia 23 Tahun
Orang tua membelikan kita sebuah
barang yang kita idam-idamkan. Sebagai balasan, kita malah mencela, ”Duh! Kalau
mau beli apa-apa untuk aku, bilang-bilang dong! Aku’kan ngga suka model seperti
ini!”
Saat kita berusia 29 Tahun
Orang tua membiayai pernikahan kita.
Sebagai balasan, kita malah pindah ke luar kota, meninggalkan mereka dan
menghubungi mereka hanya dua kali setahun.
Saat kita berusia 30 Tahun
Orang tua memberi tahu kita bagaimana
cara merawat bayi. Sebagai balasan, kita malah berkata, Papa, Mama.. zaman
sekarang sudah beda. Ngga perlu lagi cara-cara seperti dulu.
Saat kita berusia 40 Tahun
Orang tua sakit-sakitan dan
membutuhkan perawatan. Sebagai balasan kita malah beralasan, ”Papa, Mama, aku
sudah berkeluarga. Aku punya tanggung jawab terhadap keluargaku.”
Dan apalagi yang kita tunggu
selanjutnya. Entah akan ada alasan apalagi nanti. Terlepas dari kutipan diatas
mungkin kita tak melakukan seluruhnya tapi pasti sebagian besar tanpa sengaja
kita pasti melakukannya. Kini mari kita bersama menbahagiakan mereka. Akan
lebih baik bila lebih cepat melihatnya tersenyum bahagia. Sayapun sedang
berusaha untuk itu. Mari kita saling mendoakan “Semoga kita bisa membahagiakan
kedua orang tua kita dengan kesuksesan kita dan selalu disampingnya dengan
secepatnya, Aamiin…” :)
Sumber: Buku Mega Best Seller "7
Keajaiban Rezeki”
0 komentar:
Posting Komentar